Minggu, 28 Desember 2014

Perencanaan Pembangunan

 MEKANISME PERENCANAAN PEMBANGUNAN
PARIWISATA DI PROVINSI GORONTALO
(Studi Tentang Perencanaan  Pembangunan Pariwisata di Dinas Perhubungan
Pariwisata Komunikasi dan Informatika Provinsi Gorontalo)

Darmawaty  Abdul Razak1*, Ratih Nurpratiwi2*, M.Saleh Soeaidy3*
Jurusan Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya
E-mail: ar.darma @yahoo.co.id



ABSTRACT





         The purpose of this study is to determine the mechanism of tourism development planning in Province of Gorontalo which is focused on the tourism development planning process and the inhibiting factors. This study was conducted at Department of Transportation Tourism and Communication Information in Province of Gorontalo. The methods of study applied qualitative approach descriptively. The data source derived from observation, informants and documents. The data analysis technique applied was the analysis of Miles and Huberman interactive model which is reducing and present data, and draw conclusions. The results of this study described that the roles of the internal actors are more dominant in  the process of preparing tourism development planning process as outlined in the work plan of the Department of Transportation Tourism and Communication Information in Province of Gorontalo are SKPDs, whereas the roles of external actors, namely the public and private sectors are not optimal yet. The inhibiting factors are the lack of human resources as a planner and the lack of funds budgeted for the planned program.

Key words: Tourism, Development And Planning



    

PENDAHULUAN
*
         Tujuan pembangunan Indonesia menuju masyarakat yang adil dan makmur tidak dapat dilepaskan dengan adanya peran penting fungsi perencanaan. Didalam melakukan pembangunan, setiap Pemerintaah Daerah memerlukan perencanaan yang akurat, mempertimbangkan potensi sumberdaya yang dimiliki serta berbasis pada keberlanjutan. Untuk itu pemerintah berkewajiban memajukan daerahnya dengan menggali dan mengembangkan potensi daerah yang bisa mendongkrak perekonomian rakyat dan pendapatan asli daerah agar tidak sepenuhnya tergantung dari dana pusat. Salah satu potensi daerah yang bisa dikembangkan untuk mendongkrak perekonomian rakyat dan pendapatan asli daerah adalah sektor pariwisata.
Provinsi Gorontalo sebagai daerah yang belum lama berdiri, memerlukan perencanaan yang tepat untuk membangun daerah agar bisa mengejar ketertinggalan dengan provinsi lain di Indonesia yang sudah lebih dulu berdiri. Walaupun potensi sektor pariwisata di provinsi gorontalo cukup bagus tapi belum merupakan sektor andalan sebagai penyumbang PAD , untuk lebih memajukan sektor pariwisata ini tentunya tidak terlepas dari peran serta dari Dinas Perhubungan, Pariwisata Komunikasi dan Informatika Provinsi Gorontalo, sebagai instansi yang mempunyai tugas membantu gubernur dalam penyelenggaraan pemerintahan. Dalam mengembangkan kepariwisataan di Provinsi Gorontalo, Dinas Perhubungan Pariwisata Provinsi Gorontalo berkewajiban merencanakan langkah-langkah yang harus dilaksanakan untuk mewujudkan gorontalo sebagai daerah tujuan wisata, oleh sebab itu diperlukan sebuah perencanaan yang diharapkan dapat meningkatkan kepariwisataan di Provinsi Gorontalo, yang akan menjadi acuan dalam pengembangan dan pembangunan kepariwisataan daerah, memberikan arahan pengembangan dan pembangunan kepariwisataan, serta menggali, mengembangkan dan mengelola aset-aset maupun potensi sumber daya yang dimiliki serta memberdayakannya bagi pembangunan perekonomian daerah.
Permasalahan dan tantangan yang dihadapi oleh Dinas Perhubungan Pariwisata Komunikasi dan Informatika Provinsi Gorontalo, sebagaimana yang tertuang dalam Renja Dinas Perhubungan  dan Pariwisata Provinsi Gorontalo  yaitu :
1.       Belum optimalnya pelibatan dan peran masyarakat lokal sehingga potensi dan posisi masyarakat lokal sebagai pelaku/subyek penting dalam pengembangan pariwisata masih belum terujud secara nyata dan optimal.
2.       Belum optimalnya nilai manfaat pariwisata bagi masyarakat lokal sehingga kedudukan masyarakat sebagai penerima manfaat dalam pengembangan pariwisata juga masih sering terabaikan dan belum mendapat manfaat secara memadai.
3.       Belum kuatnya komitmen sadar wisata di kalangan masyarakat sehingga sadar wisata sebagai bentuk komitmen strategis dalam pengembangan pariwisata masih belum mengakar, dipahami, dan disikapi secara tepat dan kongkret di kalangan masyarakat.
4.       Dukungan dan peran media yang belum optimal sehingga dalam pengembangan pariwisata masih relatif terbatas, belum kontinue, atau masih tomporer (masih berdasarkan keberadaan suatu even).
5.       Koordinasi/sinergi lintas sektor dan kabupaten kota yang belum efektif sehingga masih muncul ego sektoral dan kedaerahan dalam pengembangan pariwisata, upaya pemberdayaan masyarakat masih menjadi sasaran sekunder sehingga upaya pengembangan belum terintegrasi.
6.       Masih terbatasnya alokasi dana baik untuk kegiatan promosi dan penyiapan sarana dan prasarana pariwisata.
Untuk lebih mengoptimalkan lagi kepariwisataan di provinsi gorontalo perlu kiranya  mengkaji lebih dalam lagi mengenai perencanaan pariwisata di provinsi gorontalo. Yaitu salah satunya dengan mengkaji proses perencanaannya dan faktor yang menghambat  perencanaan tersebut. Dengan demikian dapat memperbaiki penyusunan perencanaan itu pada perencanaan berikutnya.
                    Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana mekanisme perencanaan pembangunan pariwisata  dan  faktor penghambatnya di dinas perhubungan pariwisata komunikasi dan informatika provinsi gorontalo

TINJAUAN PUSTAKA
1.Perencanaan
Menurut Sjafrizal (2009;15), Perencanaan pada dasarnya merupakan cara, teknik atau metode untuk mencapai  tujuan yang diinginkan secara tepat,terarah dan efesien sesuai dengan sumber daya yang tersedia.
2. Perencanaan Pembangunan Pariwisata
               Menurut Yoeti (1997:2) bahwa  terdapat lima aspek yang perlu diperhatikan dalam perencanaan pembangunan pariwisata di suatu daerah, yaitu:
Pertama, Wisatawan (Tourist),
Kedua,  Pengangkutan (Transsportations),
Ketiga, Atraksi/Obyek Wisata (Attractations). Bagaimana obyek wisata atau atraksi  yang akan dijual , apakah memenuhi  3 (tiga) syarat dibawah ini :
1)       Apa yang dapat dilihat (something to see)
2)       Apa yang dapat dilakukan (something to do)
3)       Apa yang dapat dibeli (something to buy)
Dilokasi obyek wisata yang dikunjungi.
Keempat, Fasilitas Pelayanan (services Facilities)
Kelima, Informasi dan Promosi (Information and Promotion)
        Menurut Hadinoto (1996:42), menyatakan bahwa  “akibat tidak terencananya suatu pembangunan pariwisata akan menyebabkan rendahnya pendapatan dari sektor ini dan terjadinya kerusakan lingkungan, serta adanya dampak negatif pada nilai budaya masyarakat.”  Oleh karena itu diperlukan perencanaan pembangunan pariwisata yang komprehensif untuk jangka panjang, sehingga di masa yang akan datang pariwisata diharapkan dapat menjadi sektor andalan dan sumber devisa menggantikan minyak bumi.
         Oleh karena perencanaan pembangunan daerah bidang pariwisata juga merupakan bagian dari perencanaan pembangunan daerah secara keseluruhan maka keberhasilan perencanaan pembangunan bidang pariwisata juga harus memperhatikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perencanaan pembangunan daerah yang menurut pendapat Riyadi dan Bratakusumah (2004 : 15) adalah: faktor lingkungan, sumber daya manusia perencana, sistem yang digunakan, perkembangan ilmu dan teknologi, dan faktor pendanaan.

3.    Mekanisme Perencanaan Pembangunan Pariwisata
Conyers  dan Hills (1990:15) menggambarkan perencanaan melalui tiga aktivitas yang saling berhubungan, dimana aktivitas yang satu diikuti aktivitas yang lainnya, yaitu diawali dengan pengambilan kebijakan (policy making), dikembangkan melalui proses perencanaan dan kemudian diimplementasikan. Perencanaan digambarkan seolah-olah sebagai tahap peralihan antara pengambilan kebijakan dan implementasi, karena perencanaan digunakan sebagai alat untuk menterjemahkan kebijakan-kebijakan umum kedalam program-program aksi praktis yang lebih nyata.
Proses perencanaan menurut Conyers dan Hills (1990:74-75) yaitu :
1.       The dicision to adopt planning : Pada tahap ini ditetapkan kerangka kerja organisasi  (menentukan tujuan perencanaan, merumuskan perencanaan).
2.       Collect and analyse data:  Pada tahap ini dibutuhkan analisa situasi untuk menentukan sifat dan masalah perencanaan. Pengumpulan data dan analisa data merupakan bagian dari identifikasi masalah, membutuhkan sumber daya keuangan , tenaga kerja yang terlatih dan akses keberbagai macam fasilitas.
3.       Identyfling alternatives course of action : dilakukan untuk mencari tindakan yang mungkin dilakukan untuk memecahkan masalah dan mencapai tujuan dan sasaran pembangunan yang diinginkan
4.       Plan and project appraisal  :  penilaian pada dasarnya berarti mengidentifikasikan kelebihan dan kekurangan dari setiap tindakan bertujuan untuk menghasilkan informasi bagi pengambil keputusan yang membantu mereka untuk  memutuskan tindakan yang harus dipilih.
5.       Implement : dipandang sebagai sesuatu diluar lingkup perencanaan atau perencana karena implementasi rencana atau program merupakan tanggung jawab  operasional  teknis dan administratif. Namun implementasi tidak bisa dipisahkan dari tahapan lainnya. Sehingga penting untuk memperhatikan implementasi rencana, identifikasi berbagai macam aktivitas yang terkait dengan rencana atau proyek, membuat berbagai jadwal sumber daya ( keuangan, staff, material dan peralatan).
6.       Monitoring and evaluation : ketika rencana atau proyek diimplementasikan maka manitoring dan evaluasi penting dilakukan untuk mengidentifikasi beberapa masalah yang mungkin terjadi, untuk mengetahui apakah kegiatan tersebut sesuai dengan perencanaan.
Menurut Riyadi dan Bratakusumah, (2004:325) :Sistem perencanaan pembangunan di Indonesia, secara umum dapat ditelaah melalui empat tahap perencanaan pembangunan, dimana satu sama lain saling berkaitan :
1)       Pertama, tahap perencanaan kebijakan umum
Pada tahap ini perencanaan yang disusun bersifat politis dengan mengemukakan berbagai  kebijakan umum pembangunan sebagai suatu produk kebijakan nasional.
2)       Kedua, tahap perencanaan program pembangunan
Pada tahapan ini, perencanaan pembangunan sudah lebih khusus mencerminkan langkah-langkah yang akan dilakukan pemerintah dalam bentuk program-program pemerintah (eksekutif).
3)       Ketiga, tahap perencanaan strategis pembangunan
Dalam tahapan ini, perencanaan pembangunan mulai terfokus pada sector-sektor pembangunan yang akan diimplementasikan oleh instansi-instansi teknis.
4)       Keempat, tahap perencanaan operasional pembangunan
Disini perencanaan pembangunan sudah lebih teknis dan operasional sampai pada tahapan detail pelaksanaannya. Tahapan ini biasanya sudah dipolakan dalam bentuk tahunan.
Sama seperti perencanaan secara umum, perencanaan pembangunan pariwisata juga memerlukan adanya sasaran yang ingin dicapai. Penentuan sasaran melalui proses perencanaan tersebut membutuhkan pendekatan yang tepat dalam penyusunannya. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Yoeti (2001:51) bahwa :
“Dalam prakteknya, ada dua pendekatan yang biasa digunakan dalam menetapkan sasaran yang dianggap relevan dengan kondisi pariwisata daerah, yaitu :
1.       Top-down approach :  Pendekatan ini mengatakan, sasaran pada tiap tingkatan dalam satu organisasi ditentukan berdasarkan sasaran setingkat di atasnya. Bila berkaitan dengan kepariwisataan, pendekatan ini mengimplikasikan bahwa sasaran daerah harus diturunkan sesuai dengan sasaran nasional dan pada saat yang bersamaan, sasaran daerah akan terwujud dari sasaran sub-daerah.
2.       Flexible and balance : Pendekatan kedua ini lebih fleksibel dan berimbang dari pendekatan pertama, karena pendekatan ini mengundang partisipasi dan interaksi diantara semua tingkat. Pendekatan ini lebih relevan, karena semua unsur yang terlibat dalam pariwisata ikut berpartisipasi dan menyumbang saran atau usul dalam perumusan sasaran daerah.”
Berdasarkan uraian diatas, terlihat bahwa perencanaan pariwisata bisa dilakukan melalui dua pendekatan yang bertujuan akhir meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Lebih lanjut diuraikan oleh Gunn, dalam Yoeti (2005:52), yang menetapkan bahwa sasaran pembangunan pariwisata pada suatu daerah tujuan wisata adalah sebagai berikut :
“Pertama, mempersiapkan aksesibilitas, fasilitas dan daya tarik pariwisata sedemikian rupa sehingga wisatawan berkunjung ke DTW tersebut merasa puas, senang dan sesuai dengan harapannya;
 Kedua, supaya perusahaan-perusahaan yang termasuk kelompok industri pariwisata memperoleh hasil keuntungan yang berimbang atau proporsional dengan volume kunjungan wisatawan kedaerah itu;
 Ketiga, pengembangan yang dilakukan hendaknya sekaligus dapat memberikan perlindungan terhadap kerusakan lingkungan, pencemaran seni dan budaya, kerusakan moral dan kepribadian bangsa, kehancuran kehidupan beragama dan terhindar dari perdagangan narkotika internasional.”

4.    Faktor Penghambat Dalam Pembangunan Pariwisata
                Perencanaan tidak selamanya bisa berhasil sesuai dengan yang direncanakan, banyak faktor yang menyebabkan perencanaan itu tidak efektif bahkan gagal. Menurut Conyers dan Hills (1990:67) bahwa
Efective adn succsessful planning depends not only on the intregation of various professional inputs and the overall approach that is adopted, but also the techniques that planner use.”
 (Efektifitas dan keberhasilan suatu perencanaan tidak hanya tergantung pada integrasi masukan profesional dan seluruh pendekatan yang diadopsi, tetapi juga teknik yang digunakan perencana)
Lebih lanjut Conyers (1990:82) menegaskan hambatan-hambatan didalam suatu perencanaan yaitu ;
1.       Perbedaan paham atas kebijaksanaan yang ada
2.       Lemahnya koordinasi antar sektor
3.       Kegagalan mencapai target perencanaan
4.       Politik perencanaan pelayanan sosial

METODE PENELITIAN
Pendekatan penelitian digunakan adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif digunakan karena peneliti bermaksud memperoleh gambaran yang mendalam tentang Mekanisme Perencanaan Pembangunan Pariwisata  di Provinsi Gorontalo.
Sehubungan dengan pokok masalah yang  penulis teliti maka fokus penelitian yang diambil adalah sebagai berikut :
1.       Mekanisme Perencanaan Pembangunan Pariwisata di Dinas Perhubungan, Pariwisata Komunikasi dan Informatika Provinsi Gorontalo
a.       Persiapan Penyusunan Renja
b.      Penyusunan Rancangan Renja
c.       Pembahasan Forum SKPD  Provinsi
d.      Penetapan Renja SKPD
e.      Implementasi
f.        Monitoring dan Evaluasi
2.       Faktor penghambat dalam perencanaan pembangunan Pariwisata di Dinas Perhubungan, Pariwisata Komunikasi dan Informatika Provinsi Gorontalo
Penelitian ini didalam menganalisis data menggunakan model Miles and Huberman. Teknik analisis data menggunakan model Miles and Huberman ini tidak terlepas dari keseluruhan penelitian. Mengutip pernyataan Miles and Huberman (1992:15-16), mengemukakan bahwa hal-hal yang terdapat dalam analisis kualitatif adalah pertama, data yang muncul berwujud kata-kata dan bukan rangkaian angka. Data itu mungkin telah dikumpulkan dalam aneka macam cara (observasi, wawancara, intisari dokumen, pita rekaman), dan yang biasanya diproses kira-kira sebelum siap digunakan, tetapi analisis kualitatif tetap menggunakan kata-kata, yang biasanya disusun ke dalam teks yang diperluas. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification.

PEMBAHASAN
A.      Mekanisme Perencanaan Pembangunan Pariwisata Dinas Perhubungandan Pariwisata  Provinsi Gorontalo
1.       Persiapan Penyusunan
a.       Peran Stakeholder
Berdasarkan data-data dan hasil wawancara yang telah peneliti kumpulkan bahwa aktor penting dalam proses penyusunan  rencana kerja ini adalah internal dan eksternal. Adapun yang dimaksud dengan aktor internal adalah Dinas Perhubungan, Pariwisata Komunikasi dan Informatika Provinsi Gorontalo yang merupakan perangkat utama dalam penyusunan rencana kerja, sedangkan eksternalnya adalah masyarakat, LSM , akademisi dan pihak swasta .
Peranan stake holder  dalam hal ini peran aktor dalam proses penyusunan renja sangat penting, sebab perencanaan yang baik ditentukan oleh aktor yang turut serta dalam proses perencanaan, hal ini sesuai dengan pendapat Conyers dan Hills (1990 : 15),yang mengatakan bahwa  salah satu aktor yang berperan dalam penyusunan perencanaan adalah perencana.
 Menurut peneliti dengan mengikut sertakan masyarakat dalam proses penyusunan renja adalah langkah tepat dalam proses penyusunan perencanaan sebagaimana pendapatnya Sjafrizal (2009 : 21), yang mengatakan bahwa adanya koordinasi antar pelaku pembangunan, mengoptimalkan partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan. Menurut Sjafrizal perencanaan tidak akan menghasilkan pembangunan secara baik sesuai dengan aspirasi masyarakat apabila tidak dapat mengoptimalkan partisipasi masyarakat dalam proses penyusunan perencanaan pembangunan. Lebih lanjut menurut Sjafrizal, tanpa partisipasi masyarakat sulit untuk mengharapkan masyarakat akan turut mematuhi dan menjaga pelaksanaan perencanaan yang telah dibuat, bahkan sering terjadi masyarakat tidak memanfaatkan sepenuhnya apa yang telah dibangun oleh pemerintah. Sebagaimana tertuang dalam renja Dinas Perhubungan, Pariwisata, Komunikasi dan Informatika Provinsi Gorontalo bahwa permasalahan dan tantangan yang dihadapi salah satunya adalah belum optimalnya pelibatan dan peran masyarakat lokal sebagai pelaku/subyek penting dalam pengembangan pariwisata masih belum terwujud secara nyata dan optimal. Belum optimalnya peran masyarakat dalam proses penyusunan rencana kerja ini terlihat pada usulan-usulan dari kabupaten/kota hanya sebagian kecil yang dimasukkan dalam renja Dinas Perhubungan Pariwisata Komunikasi dan Informatika Provinsi Gorontalo, padahal usulan masyarakat itu sudah tertuang pada usulan dari kabupaten/kota yang telah dibahas pada pembahasan forum SKPD Kabupaten/Kota. Hal ini mengakibatkan kurang optimalnya penyedian sarana dan prasarana yang sesuai dengan kondisi obyek wisata.
Sedangkan peran Stakeholder  internal dalam hal ini Dinas Perhubungan, Pariwisata Komunikasi dan Informatika Provinsi Gorontalo, dalam menjalankan penyusunan rencana kerja ini berpedoman pada Permendagri No 54 tahun 2010 yang menjelaskan secara detail proses penyusunan rencana kerja  sampai dengan penetapan rencana kerja. Sebagaimana pendapat Sjafrizal (2009 : 324) yang mengatakan bahwa rencana kerja dan pendanaannya dilakukan langsung oleh SKPD yang bersangkutan maupun  yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat.

b.       Potensi Destinasi Wisata
Destinasi Wisata  Provinsi Gorontalo memiliki potensi yang cukup baik untuk dikembangkan sebagai obyek wisata yang layak bersaing dengan obyek-obyek wisata daerah lainnya .Analisa potensi wisata yang dilakukan Dinas Perhubungan Pariwisata Komunikasi dan Informatika yaitu memusatkan perhatian pada pengembangan pariwisata pada 8 obyek wisata unggulan dan 3 Desa wisata merupakan langkah tepat, yaitu dengan memilih beberapa obyek wisata yang memiliki keunikan yang tidak ada didaerah lain. Sebab dalam perencanaan pariwisata salah satu aspek yang perlu diperperhatikan dalam perencanaan pariwisata adalah obyek wisata.Sebagimana menurut Yoeti (1997:2), bahwa  terdapat lima aspek yang perlu diperhatikan dalam perencanaan pembangunan pariwisata di suatu daerah, yaitu: Wisatawan, Transportasi,  Atraksi/Obyek Wisata,Bagaimana obyek wisata atau atraksi  yang akan dijual, Fasilitas Pelayanan, Informasi dan Promosi.
Potensi destinasi wisata di provinsi gorontalo berdasarkan data-data yang peneliti temui dan apabila mengacu pada pendapat Yoeti, dapat dilihat bahwa obyek wisata di Provinsi Gorontalo ada beberapa obyek wisata yang masih agak susah untuk di jangkau, sehingga menimbulkan rasa ketidak nyamanan bagi wisatawan yang berkunjung ke tempat itu. Atraksi yang disajikan untuk pengunjung belum setiap saat dapat dinikmati pengunjung, hanya ada pada waktu-waktu tertentu saja. Dari segi fasilitas masih sangat kurang.  Hal ini merupakan salah satu penyebab wisatawan mancanegara maupun nusantara masih sedikit yang tertarik untuk berkunjung di obyek wisata provinsi gorontalo.

2.       Penyusunan Rancangan
a.       Evaluasi pelaksanaan Renja Tahun sebelumnya
Berdasarkan hasil evaluasi pelaksanaan renja tahun sebelumnya berdasarkan data-data dan hasil wawancara dengan informan menunjukkan bahwa program kegiatan yang sudah direncanakan pada tahun sebelum ada beberapa yang tidak bisa dilaksanakan. Menurut Sjafrizal (2009 :314) , evaluasi terhadap pelaksanaan renja tahun sebelumnya dapat dilakukan dengan mengunakan dua jenis metode, yaitu pertama; evaluasi pelaksanaan pembangunan bersifat makro (menyeluruh) dapat digunakan beberapa indikator pembangunan dengan menggunakan data sekunder yang tersedia. Metode analisis yang dapat digunakan dengan jalan membandingkan kondisi sebelum dan sesudah pelaksanaan pembangunan. Atau dengan jalan membandingkan kemajuan yang diperoleh dengan kondisi rata-rata baik pada tingkat provinsi maupun nasional. Kedua untuk evaluasi pelaksanaan pembangunan pada tingkat program dan kegiatan biasanya dilakukan  teknik evaluasi kinerja dengan menggunakan lima indikator penilaian yaitu masukan (input), keluaran (output), hasil (outcome), manfaat (benefit),dan dampak (impacts).
Evaluasi pelaksanaan renja tahun sebelumnya yang dilakukan oleh Dinas Perhubungan, Pariwisata Komunikasi dan Informatika Provinsi Gorontalo apabila mengacu pada pendapat Sjafrizal (2009 : 314) menggunakan metode yang bersifat makro atau menyeluruh juga menggunakan metode evaluasi kinerja. Berdasarkan hasil evaluasi ini Dinas Perhubungan, Pariwisata Komunikasi dan Informatika Provinsi Gorontalo memperoleh informasi dan gambaran keberhasilan pembangunan yang sudah dilakukan. Hasil evaluasi ini yang dijadikan acuan untuk merencanakan kembali program yang tidak sempat dilaksanakan pada renja tahun sebelumnya. Dan ada beberapa program yang rutin dilakukan setiap tahun lebih dioptimalkan lagi dalam program kegiatannya.

b.       Isu-isu Strategis
Berdasarkan data-data dan hasil wawancara dengan informan, isu-isu strategis merupakan hal yang penting sebagai bahan pertimbangan untuk penyusunan rencana kerja di Dinas Perhubungan, Pariwisata Komunikasi dan Informatika Provinsi Gorontalo. Isu-isu strategis ini diperoleh dari hasil evaluasi renja tahun sebelumnnya, pengamatan langsung dilapangan serta permasalahan-permasalahan yang sering timbul dianggap sebagai penghambat dalam pengembangan pariwisata. Sebagaimana pendapat Riyadi dan Bratakusumah (2004 : 11), bahwa dalam perencanaan pembangunan daerah ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan agar perencanaan dapat menghasilkan perencanaan pembangunan yang baik  serta dapat diimplementasikan dilapangan. Aspek-aspek tersebut antara lain, Aspek lingkungan,aspek potensi dan masalah, aspek institusi perencana, aspek ruang dan waktu dan aspek legalisasi kebijakan.

c.        Perumusan Tujuan dan Sasaran
          Berdasarkan data-data yang diperoleh dan hasil wawancara dengan informan, dalam merumuskan tujuan dan sasaran, Dinas Perhubungan, Pariwisata Komunikasi dan Informatika Provinsi Gorontalo menindak lanjuti sasaran kebijakan nasional dalam hal ini sasaran bidang pariwisata. Perumusan tujuan dan sasaran ini di fokuskan pada tujuan dan sasaran jangka pendek. Sebagaimana pendapat Sjafrizal (2009:328), perumusan renja SKPD sebaiknya menyusun perumusan yang untuk tahun bersangkutan sesuai dengan perubahan pada SKPD bersangkutan. Kebijakan yang dirumuskan ini harus bersifat kongkrit dan operasional sesuai dengan sifat dari renja SKPD itu sendiri. Perumusan ini hanya berlaku untuk masa satu tahun, tetapi dapat diperpanjang untuk tahun berikutnya bilamana kebijakan tersebut dianggap cukup bermanfaat dan berhasil dalam penerapannya.

d.       Perumusan Kegiatan Prioritas
         Dari data-data yang telah dikumpulkan dan hasil wawancara dengan informan dapat dilihat bahwa perumusan kegiatan prioritas dalam penyusunan renja di Dinas Perhubungan, Pariwisata Komunikasi dan Informatika Provinsi Gorontalo ini disesuaikan dengan strategi dan arah kebijakan pembangunan kepariwisataan dan ekonomi kreatif, yaitu fokus prioritas peningkatan daya saing kepariwisataan dan ekonomi kreatif.
         Perumusan kegiatan prioritas ini juga adalah usulan-usuan dari Dinas Perhubungan dan Pariwisata Kabupaten/Kota , yang telah disuaikan dengan kondisi daerah setempat dengan mempertimbangkan aspirasi masyarakat yang  diusulkan melalui forum SKPD Kabupaten/Kota. Disamping itu juga dengan memperhatikan visi dan misi kepala SKPD. Sebagaimana yang diungkapkan Sjafrizal (2009 : 333), dalam perumusan program dan kegiatan pembangunan , aspek pertama yang perlu diperhatikan adalah keterkaitan program tersebut dengan visi dan misi yang ditetapkan semula. Hal ini sangat penting artinya agar perumusan program dan kegiatan tersebut benar-benar bertujuan untuk melaksanakan  visi dan misi kepala SKPD bersangkutan sebagaimana ditetapkan dalam renstra SKPD. Disamping itu, aspek ini juga sangat penting diperhatikan agar perumusan program dan kegiatan tersebut menjadi lebih fokus dan terarah kepada pencapaian sasaran pembangunan tertentu secara kongkrit. Aspek yang juga perlu diperhatikan dalam penetapan program kegiatan pembangunan adalah agar tidak bertentangan dengan kondisi sosial dan budaya setempat. Hal ini sangat penting artinya untuk menjamin dapat terlaksananya program dan kegiatan pembangunan  tersebut dalam masyarakat.

e.       Penyajian Rancangan Renja SKPD
          Dari hasil wawancara dan data-data yang diperoleh dapat dilihat  bahwa rancangan renja Dinas Perhubungan, Pariwisata Komunikasi dan Informatika Provinsi Gorontalo dalam hal ini rencana untuk bidang pariwisata sudah disusun sesuai dengan prinsip-prinsip perencanaan pariwisata, yaitu dengan mempertimbangkan sasaran kebijakan nasional, skala prioritas,usulan-usulan dari Dinas Perhubungan dan Pariwisata Kabupaten/Kota yang menampung aspirasi masyarakat melalui forum SKPD Kabupaten/Kota. Sebagaimana menurut pendapat Yoeti (1997:20), yaitu pada dasarnya prinsip-prinsip perencanaan kepariwisataan dalam ruang lingkup lokal, regional, nasional dan secara internasional dapat dirumuskan sebagai berikut :1)Perencanaan kepariwisataan haruslah merupakan satu kesatuan dengan pembangunan regional atau nasional dari pembangunan perekonomian negara, 2) Menggunakan pendekatan terpadu, 3) Berada dibawah koodinasi perencanaan fisik daerah tersebut secara keseluruhan, 4) Perencanaan fisik suatu daerah untuk tujuan wisata harus didasarkan pada penelitian atas faktor geografinya, tidak hanya berdasarkan pada faktor administrasi saja, 5)Memperhatikan faktor ekologi, 6)Memperhatikan faktor sosial yang ditimbulkan, 7) Perencanaan pariwisata didaerah yang dekat kawasan industri, perlu diperhatikan pengadaan fasilitas hiburan mengantisipasi jam kerja buruh yang singkat dimasa datang, 8) Pariwisata tersebut bagaimanapun bentuk dan tujuan pengembangannya tidak lain untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, oleh karena itu dalam pengembangannya perlu memperhatikan kemungkinan peningkatan kerjasama dengan negara lain dengan prinsip saling menguntungkan.

3.       Pembahasan Forum SKPD Provinsi
         Pelaksanaan pembahasan renja Dinas Perhubungan, Pariwisata Komunikasi dan Informatika Provinsi Gorontalo melalui pembahasan forum SKPD, dilakukan untuk mendapatkan kesepakatan untuk langkah selanjutnya, yaitu penetapan rencana kerja Dinas Perhubungan, Pariwisata Komunikasi dan Informatika Provinsi Gorontalo. Hal ini sesuai amanat Undang Undang  No. 25  Tahun 2004  tentang  Sistem Perencanaan Pembangunan  Nasional  (UU SPPN),  salah satu  tahap  yang  harus  dilalui  dalam proses  penyusunan rencana pembangunan tahunan  adalah penyelenggaraan  Musyawarah  Perencanaan  Pembangunan  Daerah (Musrenbangda).

4.       Penetapan Renja
         Setelah melalui proses penyusunan rancangan renja, pembahasan forum SKPD, pengesahan oleh Gubernur Gorontalo, selanjutnya tahap akhirnya adalah proses penetapan renja Dinas Perhubungan, Pariwisata Komunikasi dan Informatika Provinsi Gorontalo. Proses tersebut dilaksanakan sesuai dengan Permendagri 54/2010.
         Proses penetapan ini dilakukan oleh Kepala Dinas Perhubungan, Pariwisata Komunikasi dan Informatika Provinsi Gorontalo setelah melalui pengesahan dari Gubernur Provinsi Gorontalo. Penetapan dokumen rencana kerja ini bertujuan sebagai pedoman Dinas dalam penyusunan RKA dan sebagai tolok ukur Dinas dalam evaluasi penilaian kinerja dalam melaksanakan program pembangunan. Hal ini senada dengan pendapat Riyadi dan Brantakusumah (2004:11) mengenai aspek perencanaan pembangunan daerah dimana salah satu aspek penting adalah legalisasi kebijakan, selain itu juga ada lingkungan, ruang dan waktu, potensi dan masalah, dan institusi perencana. Proses penetapan ini diharapkan oleh semua pihak dapat mengangkat semua kepentingan stakeholder terutama masyarakat.
         Dilihat dari segi program kegiatan yang telah ditetapkan dalam Renja Dinas Perhubungan Pariwisata Komunikasi dan Informatika Provinsi Gorontalo belum seluruhnya mengatasi permasalahan dan tantangan yang dihadapi. Usaha untuk mengoptimalkan pelibatan masyarakat sebagai pelaku/subyek pengembangan pariwisata hanya sebatas pelatihan kepada masyarakat, belum ada program kegiatan yang direncanakan untuk kerja sama masyarakat dengan pemerintah dalam hal ini Dinas Perhubungan Pariwisata Komunikasi dan Informatika Provinsi Gorontalo untuk usaha pengelolaan obyek wisata. Demikian pula dari segi program pengembangan pemasaran pariwisata, hanya berdasarkan event tertentu saja, belum kerja sama dengan media secara kontinyu untuk pengembangan pemasaran pariwisata. Program pengembangan destinasi wisata tidak merata pada seluruh kabupaten/kota di provinsi gorontalo, sehingga usulan-usulan dari kabupaten/kota tidak seluruhnya bisa diterima untuk dimasukkan dalam Renja Dinas Perhubungan Pariwisata Komunikasi dan Informatika Provinsi Gorontalo.

5.       Implementasi Perencanaan
 Dari hasil wawancara dan data-data yang diperoleh menunjukkan bahwa implementasi dari perencanaan di Dinas Perhubungan, Pariwisata Komunikasi dan Informatika Provinsi Gorontalo adalah bagian dari proses perencanaan. Dalam proses perencanaan sudah ditentukan pihak-pihak yang melaksanakan program kegiatan. Hal ini berarti bahwa implementasi perencanaan merupakan tahapan yang tidak dapat dipisahkan dari proses perencanaan. Sebagaimana menurut Mayer (1985:104), Untuk model perencanaan yang rasional terdiri dari  ;  Determination of goals,  Assessment of needs,  Specification of objectives, Design of alternative actions, Estimation of consequences of alternative actions,  Selection of cource of action, Evaluation, Implementation.

6.       Monitoring dan evaluasi perencanaan
Berdasarkan data-data dan hasil wawancara dengan informan menunjukkan bahwa pada saat proses penyusunan rencana kerja, Dinas Perhubungan, Pariwisata Komunikasi dan Informatika Provinsi Gorontalo menggunakan pengawasan yang secara langsung dilakukan oleh atasan dalam hal ini dilakukan oleh kepala sub bidang program. Sedangkan pada saat implementasi rencana kerja , pengawasan dilakukan oleh pihak yang secara fungsional bertugas dan berfungsi melakukan pengawasan, dalam hal ini dilakukan oleh Kepolisian, kejaksaan, kehakiman, BPK, dan BPKP. Hal ini sesuai dengan pendapat Riyadi dan Bratakusumah (2004 : 263), Dalam hubungannya dengan perencanaan pembangunan wilayah/daerah, pemantauan (monitoring) dan evaluasi rencana pembangunan merupakan mata rantai yang tidak terpisahkan dari siklus kegiatan perencanaan dan pembangunan. Selanjutnya Riyadi dan Bratakusumah (2004:264), Bagi perencana pembangunan daerah, pemantauan akan memberikan informasi umpan balik (feedback) baik kepada pimpinan maupun perencana, sehingga rencana dapat dilaksanakan secara efektif, dan keputusan dapat diambil secara tepat serta digunakan  untuk memperbaiki langkah-langkah berikutnya.
Secara keseluruhan proses penyusunan renja di Dinas Perhubungan Pariwisata Komunikasi dan Informatika Provinsi Gorontalo sesuai dengan proses perencanaan menurut Conyers dan Hils (1990:74-75), adalah The dicision to adopt planning ; pada tahapan ini sebelum menentukan tujuan perencanaan dan merumuskan perencanaan, hal yang pertama dilakukan adalah penentuan aktor perencana atau stakeholder. Tahapan ini sesuai dengan tahapan awal proses penyusunan renja di Dinas Perhubungan, Pariwisata Komunikasi dan Informatika Provinsi Gorontalo dimana langkah awalnya adalah menentukan peran stakeholder. Selanjutnya adalah Collect and analyse data :  Pada tahap ini dibutuhkan analisa situasi untuk menentukan sifat dan masalah perencanaan. Pada perencanaan renja Dinas Perhubungan, Pariwisata Komunikasi dan Informatika Provinsi Gorontalo, analisa situasi yang pertama kali dilakukan adalah dengan menganalisa potensi obyek wisata di Provinsi Gorontalo. Dengan demikian tahap Persiapan Penyusunan Renja Dinas Perhubungan, Pariwisata Komunikasi dan Informatika Provinsi Gorontalo berdasarkan hasil wawancara dengan informan dan data-data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa tahapan ini sesuai dengan tahap The dicision to adopt planning dan tahap Collect and analyse  
Tahap Penyusunan Perencanaan Renja Dinas Perhubungan, Pariwisata Komunikasi dan Informatika Provinsi Gorontalo berdasarkan hasil wawancara dengan informan dan data-data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa tahapan ini sesuai dengan tahap Identyfling alternatives course of action, dimana proses ini dilakukan untuk mencari tindakan yang mungkin dilakukan untuk memecahkan masalah dan mencapai tujuan dan sasaran pembangunan yang diinginkan.
Tahap Plan and project appraisal ,dimana pada proses ini penilaian pada dasarnya berarti mengidentifikasikan kelebihan dan kekurangan dari setiap tindakan bertujuan untuk menghasilkan informasi bagi pengambil keputusan yang membantu mereka untuk  memutuskan tindakan yang harus dipilih, tahap ini sesuai dengan tahap pembahasan forum SKPD, yaitu dilaksanakan dengan cara mengadakan musrembangda dan dilanjutkan dengan tahapan penetapan renja.
Demikian pula Implement ,dipandang sebagai sesuatu diluar lingkup perencanaan atau perencana karena implementasi rencana atau program merupakan tanggung jawab  operasional  teknis dan administratif. Namun implementasi tidak bisa dipisahkan dari tahapan lainnya. Sehingga penting untuk memperhatikan implementasi rencana, identifikasi berbagai macam aktivitas yang terkait dengan rencana atau proyek, membuat berbagai jadwal sumber daya ( keuangan, staff, material dan peralatan). Pada tahap implementasi proses penyusunan renja di Dinas Perhubungan Pariwisata Komunikasi dan Informatika Provinsi Gorontalo, sudah direncanakan bagaimana pelaksanaan dari perencanaan tersebut.
Selanjutnya tahap Monitoring and evaluation yaitu ketika rencana atau proyek diimplementasikan maka manitoring dan evaluasi penting dilakukan untuk mengidentifikasi beberapa masalah yang mungkin terjadi, untuk mengetahui apakah kegiatan tersebut sesuai dengan perencanaan. Tahapan monitoring dan evaluasi juga dilaksanakan pada proses penyusunan renja Dinas Perhubungan Pariwisata Provinsi Gorontalo.

B.       Faktor penghambat dalam perencanaan pembangunan Pariwisata di Dinas Perhubungan, Pariwisata Komunikasi dan Informatika Provinsi Gorontalo
1.       Kurangnya Sumber Daya Manusia Sebagai Perencana Bidang  Pariwisata
Berdasarkan informasi dari beberapa informan bahwa kurangnya sumber daya manusia dalam bidang perencanaan pada Dinas Perhubungan, Pariwisata Komunikasi dan Informatika Provinsi Gorontalo merupakan salah satu penghambat dalam proses penyusunan perencanaan. Hal ini mengakibatkan dalam proses perencanaan harus menggunakan tenaga-tenaga perencana dari luar ruang lingkup Dinas Perhubungan dan Pariwisata, seperti halnya tenaga konsultan perencanaan dan dari kalangan akademisi yang kompoten dalam bidang perencanaan dan pariwisata. Padahal menurut peneliti peranan seorang perencana dalam penyusunan perencanaan sangatlah penting, untuk itu pada Dinas Perhubungan Pariwisata Komunikasi dan Informatika Provinsi Gorontalo diperlukan seorang perencana yang mempunyai latar belakang pendidikan dibidang pariwisata. Sebagaimana pendapat Conyers(1990; 298) ; bahwa seorang perencana sosial yang profesional dapat dilukiskan atau di gambarkan sebagai generalis (berpengetahuan luas tidak hanya dalam satu disiplin ilmu saja) maupun sebagai seorang spesialis (mempunyai keahlian khusus di salah satu bidang disiplin ilmu).
               
2.       Minimnya Dana
Salah satu faktor penghambat yang lain menurut keterangan dari informan yaitu faktor pendanaan atau terbatasnya anggaran  yang tersedia.  .  Terbatasnya anggaran dalam hal ini dapat dibagi menjdi dua yaitu terbatasnya anggaran untuk mendukung proses perencanaan dan terbatasnya anggaran untuk melaksanakan program atau kegiatan yang telah direncanakan.  Menurut Kunarjo (2002:24), salah satu persyaratan perencanaan yang baik adalah : perencanaan harus mencakup aspek fisik dan pembiayaan, maka terbatasnya anggaran untuk mendukung proses perencanaan akan mengakibatkan kurang sempurnanya perencanaan yang dilakukan. Faktor  pendanaan merupakan faktor yang sangat mempengaruhi proses perencanaan sebagaimana menurut Riyadi dan Bratakusumah (2004:15) bahwa faktor-faktor yang sangat mempengaruhi perencanaan pembangunan daerah yaitu ; faktor lingkungan, sumber daya manusia perencana, sistem yang digunakan, perkembangan ilmu dan teknologi, dan faktor pendanaan. Dengan demikian akibat terbatasnya anggaran, maka program atau kegiatan yang telah direncanakan, tidak semuanya dapat dilaksanakan.  Hal ini menimbulkan perasaan malas dan enggan serta mengurangi motivasi untuk membuat perencanaan pada diri para perencana terutama perencana  maupun yang ada pada Dinas Perhubungan, Pariwisata Komunikasi dan Informatika Provinsi Gorontalo.  Mereka beranggapan bahwa apa yang telah direncanakan dengan susah payah nantinya akan menjadi sia-sia karena tidak dapat dilaksanakan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa minimnya dana merupakan salah satu faktor penghambat dalam perencanaan pada proses perencanaan renja Dinas Perhubungan, Pariwisata Komunikasi dan Informatika Provinsi Gorontalo..

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab v dapat ditarik kesimpulan bahwa ;
1.       Mekanisme perencanaan pembangunan pariwisata Dinas Perhubungan, Pariwisata Komunikasi dan Informatika Provinsi Gorontalo untuk pembangunan pariwisata direncanakan dalam bentuk perencanaan operasional selama setahun yaitu rencana tahunan yang berisikan rencana kerja daerah, prioritas dan program pembangunan daerah tentang pariwisata beserta pendanaannya dalam jangka waktu setahun. Dalam proses penyusunan renja, tahapan awalnya adalah tahap persiapan penyusunan.  stakeholder yang berperan adalah aktor eksternal dan aktor internal. Adapun aktor internal adalah Dinas Perhubungan, Pariwisata Komunikasi dan Informatika Provinsi Gorontalo yang merupakan perangkat utama dalam penyusunan rencana kerja, sedangkan eksternalnya adalah masyarakat, LSM , akademisi dan pihak swasta.  Analisa situasi yaitu dengan melihat potensi wisata yang dimiliki oleh provinsi gorontalo merupakan tindakan yang diperlukan untuk menentukan sifat dan masalah perencanaan. Tahapan selanjutnya adalah tahap penyusunan perencanaan, dimana proses ini dilakukan untuk mencari tindakan yang mungkin dilakukan untuk memecahkan masalah dan mencapai tujuan dan sasaran pembangunan yang diinginkan. Tahapan berikutnya adalah tahap pembahasan forum SKPD, yaitu pada proses ini penilaian pada dasarnya berarti mengidentifikasikan kelebihan dan kekurangan dari setiap tindakan bertujuan untuk menghasilkan informasi bagi pengambil keputusan yang membantu mereka untuk  memutuskan tindakan yang harus dipilih. Tahapan penetapan renja adalah tahap selanjutnya pada proses penyusunan renja ini, dan berikutnya adalah Tahapan implementasi, yaitu bagaimana cara menentukan implementasi dari perencanaan nanti. Tahapan akhir adalah Monitoring and evaluation.  Dilihat dari segi program kegiatan yang telah ditetapkan dalam Renja Dinas Perhubungan Pariwisata Komunikasi dan Informatika Provinsi Gorontalo belum seluruhnya mengatasi permasalahan dan tantangan yang dihadapi. Usaha untuk mengoptimalkan pelibatan masyarakat sebagai pelaku/subyek pengembangan pariwisata hanya sebatas pelatihan kepada masyarakat, belum ada program kegiatan yang direncanakan untuk kerja sama masyarakat dengan pemerintah dalam hal ini Dinas Perhubungan Pariwisata Komunikasi dan Informatika Provinsi Gorontalo untuk usaha pengelolaan obyek wisata. Demikian pula dari segi program pengembangan pemasaran pariwisata, hanya berdasarkan event tertentu saja, belum kerja sama dengan media secara kontinyu untuk pengembangan pemasaran pariwisata. Program pengembangan destinasi wisata tidak merata pada seluruh kabupaten/kota di provinsi gorontalo, sehingga usulan-usulan dari kabupaten/kota tidak seluruhnya bisa diterima untuk dimasukkan dalam Renja Dinas Perhubungan Pariwisata Komunikasi dan Informatika Provinsi Gorontalo.
2.       Faktor penghambat dalam perencanaan pembangunan pariwisata di Dinas Perhubungan, Pariwisata Komunikasi dan Informatika Provinsi Gorontalo, adalah  kurangnya sumber daya manusia dalam bidang perencanaan. Sebagaimana data yang telah peneliti temukan dilapangan tenaga perencana dibidang pariwisata pada Dinas Perhubungan Pariwisata Komunikasi dan Informatika Provinsi Gorontalo hanya satu orang. Faktor penghambat internal lainnya adalah minimnya dana. Faktor-faktor penghambat inilah yang  menyebabkan  program kegiatan tidak optimal pelaksanaannya. Sebab dari segi sumber daya manusia dan pengaalokasian dana untuk program kegiatan yang direncanakan merupan faktor penting dalam perencanaan pembangunan pariwisata.

SARAN
Berdasarkan  hasil penelitian , peneliti memberikan saran sebagai berikut;
1.       Pada proses penyusunan renja sebaiknya peran stakeholder secara keseluruhan lebih dioptimalkan lagi, dalam hal ini  peranan aktor eksternal yaitu masyarakat dan pihak swasta. Sebab dari masyarakat dapat diketahui apakah program kegiatan yang direncanakan sesuai dengan budaya dan kondisi obyek wisata tersebut. Untuk memudahkan evaluasi pada proses perencanaan berikutnya pengarsipan dokumen tahapan-tahapan dalam proses penyusunan perencanaan renja diperbaiki
2.       Dalam perekrutan pegawai pada Dinas Perhubungan, Pariwisata Komunikasi dan Informatika Provinsi Gorontalo sebaiknya menambah pegawai yang memiliki latar belakang pendidikan sebagai perencana di bidang pariwisata. Perlu meningkatkan kerjasama dengan pihak swasta sebagai pemilik modal dalam pengelolaan obyek wisata, agar dalam hal dana tidak tergantung sepenuhnya pada anggaran yang disediakan oleh pemerintah.
 

  DAFTAR PUSTAKA

Bratakusumah, Riyadi Deddy Supriady. 2004. Perencanaan Pembangunan Daerah (Strategi  Menggali Potensi Dalam Mewujudkan Otonomi Daerah). PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Conyers,Diana dan Hills,Peter.1990. An Introduction to Devolopment Planning  in The Third Word. Jhon Wiley dan Sons. New York
Hadinoto, Kusudianto. 1996. Perencanaan Pengembangan Destinasi Pariwisata. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.
Kunarjo. 2002.Perencanaan dan Pengendalian Program Pembangunan.  Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.
Mayer, Robert R, 1985, Policy and Program Planning, A Developmental Perspective, Prentice-Hall Inc, New Jersey.

Miles,B Mattew dan Huberman,A Michael. 2007. Qualitative Data Analysis: A Methods Sourcebook.

Sjafrizal, Prof.2009.Teknik Praktis Penyusunan Rencana Pembangunan Daerah. Bduose Media.
Yoeti, Oka.1997. Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung: Angkasa
Sumber-sumber lain :
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008



0 komentar :

Posting Komentar